(Telaah Hikayat Aneuk Jampouk)
NABI Sulaiman berkuasa penuh atas kerajaan Bani Israil yang makin meluas dan melebar. Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, yaitu jin, angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala perintahnya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu karunia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk digunakan sebagai bahan baku pembangunan gedung-gedung, pembuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada di atas tungku yang dikerjakan oleh pasukan jin-Nya.
Salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupannya menangkap maksud yang terkandung dari suara binatang, sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan. Deceritakan, tatkala Nabi Sulaiman bepergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri atas manusia, jin, dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan, ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Di situ ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya, “Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sadar dan sengaja.”
Nabi Sulaiman tersenyum mendengar suara semut yang ketakutan. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dari suara semut itu. Ia merasa takjub bahwa binatang pun mengerti bahwa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sadar.
Dalam sebuah Hikayat Aceh yang berjudul “Aneuk Jampok”, kita bisa menemukan riwayat Nabi Sulaiman yang perjalanannya dibawa angin seperti dalam cuplikan berikut:
Nibak siuroe nabi jak meu en
Ka dengon angen jak keulileng donya.
Lalu kemudian Nabi Sulaiman memanggil semua burung.
Sulaiman neuheuy sigala ciceem
Toeh siri kateem lon bouh keu raja.
Tiba-tiba tanpa ada yang menyuruh “hana kom hana salam” langsung saja Jampok (Burung Hantu), menyodorkan anaknya agar diangkat menjadi raja oleh Nabi Sulaiman seperti berikut:
Seuot po jampok hai teungku ampon
Nyoepat sigam long neuboh keuraja
Seubab si gam long rupa that ceudah
Lagi ngen hebat ngen bulee mata
Mata jih bulat babah meukuweit
Cukop meusaheet sigam keuraja
Begitu jampok meyakinkan Nabi Sulaiman dengan sikap pujoe droe (memuji diri sendiri) tanpa malu, sementara beberapa burung lain hanya bisa terdiam dan belum mengeluarkan pendapat mereka.
Tiba-tiba seekor beurujuk balee bersuara lantang dan menolak mentah-mentah sodoran calon dari sang jampok yang tidak tahu malu itu.
Teuma ji seuout beurujuk balee
Han kuteem dikee jampouk keu raja
Hana meusoe-soe ka tajak lakee
Golom meuteuntee tajak peutaba
Kemudian tok-tok beuragoe juga dengan tegas dan menolak mentah-mentah ajakan jampok, dengan sangat arif dan sangat rendah diri.
Lheuh nyan ji seuout tok-tok beuragoe
Hana meusoe-soe taboh keu Raja
Tok-tok Beuragoe, walaupun dirinya memenuhi syarat dengan sangat santun mengatakan bahwa dirinya walau punya kekuatan, namun tidak pernah dan berani meminta agar dirinya ditunjuk menjadi raja.
Seudangkan dilon keupiah beusoe
Hantom siuroe lakee keu raja.
Begitu ungkap tok-tok beuragoe dengan tegas. Ciceem tiong yang sedari tadi menyimak pembicaraan hanya bisa grop-grop lambong (meloncat-loncat kegirangan) sambil bertepuk dada pertanda bercanda. Beurujuek balee hanya bersorak-sorak saja di samping tiong sambil mengejek Jampok, sementara ciceem peureuleeng usil mematuk mata aneuk jampok, karena dinilai jampok terlalu percaya diri, memuji anaknya sendiri dengan mengatakan bahwa, “Matanya lebih indah dibanding burung lain,” padahal matanya cukup mengerikan
Lalu, pertemuan burung itu berubah menjadi kirouh (ribut), kemudian Nabi Sulaiman mendamaikan kembali sambil tersenyum ramah. Jampok tersipu malu karena usulannya ditolak langsung oleh beberapa burung lainnya.
Ciceem kakirouh nyangna di sinan
Nabi Sulaiman teukheem lagoyna
Po jampok yoh nyan kamalee muka
kaleupah haba nariet jipeugah
Di tengah keributan tersebut tiba-tiba burong keutok-tok yang dikenal sebagai seniman atau musisi yang sering menggelar pertunjukan (Konser Geundeurang) di malam hari juga mengusung dirinya sendiri untuk diangkat menjadi pemimpin.
Teuma jiseuout buroung keutok-tok
Meuhanjeut jampouk bah long keu raja
Seuabab di ulon na meupiyasan
Long peeh geundrang oh malam jula
Usulan buroung keu touk-touk rupanya langsung mendapat dukungan dari ciceem eunggang.
Laju jiseuout si ciceem enggang
Leupah that garang meunyoe jih keu raja
Ampon tuanku saidil ambiya
Galak long raya gobnyan keu raja
Saweub di gobnyan leuthat piyasan
Geupeeh ngen geundrang oh malam jula
Ngon Ciceem got-got geumeu en geudrang
Leupah that garang karu ngen subra
Ciceem keudidi yang dari tadi hanya diam dan menyimak semua pendapat burung-burung lainnya ikut memberi pendapat dan pandangannya, sementara seluruh burung-burung yang dari tadi sudah mengeluarkan pendapat hanya diam mendengar keudidi sebagai rakyat kecil yang dikenal diam dan sangat jarang berbicara. Suasana menjadi hening sebentar.
Teuma jidamee uleh keudidi
Si rajawali tabouh keu raja
Ciceem dama peudana meuntri
Beurujuk campli keupala teuntra
Leuk bangguna taboh keu meuntri
Keupala negeri nyoec ciceem dama
Kleung puteeh ulee keupala peulisi
Si mirah pati jeut keu wedana
Keu peuneurangan po ciceem tiong
Nyang mat hukom po ciceem pala
Tok-tok beuragoe keu geuchiek gampong
Ciceem keucuboung keu ureung ronda
Cicem bubruk keuma bidan
Seubab gobnyan geukuwa-kuwa
Dum ciceem laen duk keu rakyat
Begitu keudidi mengatur satu per satu sesuai dengan kriteria dan keahlian masing-masing. Di sini jelas tampak pendapat ciceem keudidi sangat rasional dan bisa diterima oleh burung lainnya. Jelas penempatan sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, the right man on the right place dipahami betul oleh keudidi. Menjelang Pilkada Aceh, melalui partai politik dan jalur perseorangan beragam calon diusung, dipromosikan atau mempromosikan diri. Persaingan tidak sehat bisa saja terjadi di dalam dan di luar partai. Di dalam partai sendiri juga timbul persaingan berat untuk menduduki kursi kekuasaan.
Tidak adanya platform dan kriteria serta syarat baku, sering menimbulkan konflik internal dalam menentukan calon-calon mereka. Namun, apa salahnya kita belajar memilih dan menentukan sikap seperti dalam ajang pemilihan raja ciceem dalam hikayat aneuk jampouk di atas. Kita harus bersikap arif, lapang dada, menerima calon yang memang patut dan pantas serta rasional dan dapat diterima oleh semua pihak seperti akal rasional keudidi.
Sementara Nabi Sulaiman yang po keurajeun masa itu hanya memediasi pemilihan raja ciceem, tanpa memihak serta menunjukkan langsung siapa pemimpin burung. Burung sendirilah yang diberi hak mee um (otonom) dalam memilih pemimpin mereka, karena toh akhirnya mereka juga yang akan merasakan dampak langsung dari pilihannya.
Hikayat tersebut membawa pesan penting bahwa dalam memilih pemimpin, lihatlah kepatutan dan kepantasan menurut kadar dan kemampuan masing-masing, sehingga konflik pun bisa diredam. Bagi orang Aceh, kata “jampok” amat populer dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang memuji diri baik benar adanya atau tidak, maka orang tersebut akan dipanggil jampok, kalau ada yang memuji dirinya sendiri langsung dikatakan, “Lagee jampouk kapeugot droekeuh”. Semoga calon pemimpin kita tidak ada yang meupeuranguy jampok.
* Zulfadli Kawom adalah aktif di Balai Sastra Samudra Pasai-Aceh Utara