Selasa, 10 Mei 2011

Tips Cara Mendapatkan Cinta Sejati Dan Jangan Sakiti Hati Orang Lain Dengan Cinta Palsu

oleh Azier Mapper pada 25 Januari 2010 jam 14:18
Tips Cara Mendapatkan Cinta Sejati Dan Jangan Sakiti Hati Orang Lain Dengan Cinta Palsu

Cinta adalah anugerah dari Tuhan yang maha esa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Cinta antara laki-laki dan perempuan telah ada sejak manusia pertama turun ke dunia hingga sekarang. Cinta merupakan bumbu penyedap hidup yang sementara ini yang dapat memberikan kebahagiaan yang sejati.
Cinta memang dapat membawa suka dan juka dapat membawa duka bagi orang-orang yang merasakannya. Berbagai problema cinta tercipta dari yang ringan hingga yang berat seperti naksir, cinta pada pandangan pertama, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta segi tiga, cinta monyet, cinta harta, cinta palsu, cinta laura, dan cinta-cinta lainnya yang membuat dunia ini begitu menarik.
Menurut saya cinta itu adalah sesuatu yang sakral yang sebaiknya tidak bermain-main dengannya. Bermain cinta memang menyenangkan bagi sebagian orang. Akan tetapi dampak buruk atau efek yang dapat ditimbulkan bagi orang yang cintanya dimainkan akan sangat tidak menyenangkan.
Untuk itulah maka hargai cinta dan hormati cinta agar kita maupun orang lain di sekitar kita tidak terluka karena cinta. Berikut ini adalah tips cara dari organisasi.org bagaimana caranya agar kita bisa menikmati cinta tanpa harus melukai orang lain.
1. Jangan jadi playboy/playgirl dan hindari playboy/playgirl
2. Jika tidak suka atau biasa saja jangan pacari orang itu, pdkt dulu
3. Katakan cinta jika kita yakin dia adalah pasangan hidup kita
4. Cinta dan nafsu birahi adalah dua hal yang berbeda (no free sex)
5. Carilah orang yang baik, setia, jujur dan cinta kepada kita
6. Jangan pacaran/menikah sebelum dewasa (21 tahun ke atas)
7. Kejarlah cinta sampai ke negeri Cina, berjuanglah demi cinta
8. Berbagilah cinta dengan orang-orang di sekitar kita
9. Cinta tidak harus memiliki. Lupakan dan coba lagi bila gagal
10. Bina cinta yang ada hingga nafas terakhir selamanya
11. Jangan pernah sakiti orang yang kita cintai dengan alasan apapun
12. Cinta sejati tidak dapat dibeli dengan uang tapi pengorbanan
13. Tuhan telah memberikan anda jodoh, temukanlah cinta anda
14. Cinta harus direstui agama, hukum, keluarga & masyarakat
Jangan pernah menyakiti hati orang lain baik bagi laki-laki maupun perempuan karena mereka memiliki akal pikiran, perasaan dan insting sehingga mereka akan patah hati dan terluka jika kita mengecewakannya. Orang yang rapuh dapat mati bunuh diri karena cinta. Orang yang dendam dapat melakukan tindakan kriminal atau perbuatan tidak menyenangkan kepada anda karena cinta. Oleh karena itu berhati-hatilah dengan cinta.
Semoga hidup anda menjadi indah dengan cinta.
http://organisasi.org/tips-cara-mendapatkan-cinta-sejati-dan-jangan-sakiti-hati-orang-lain-dengan-cinta-palsu
Posted under LoVe.....
(Add Comments)
Dec
15
hAdIST-hADIsT cINtA
Posted by lovefull
Dari anas bin malik radliyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiw a sallam bersabda: “Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman: (1). Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lebih ia cintai daripada yang lainnya, (2). Mencintainya seseorang, tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah ta’ala, (3). Benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah ta’ala menyelamatkan darinya sebagaimana ia benci dirinya dimasukkan ke dalam api”[1]
Merasakan manisnya sesuatu merupakan buah dari cinta terhadapnya. Di kala seseorang mencintai sesuatu atau menyukai lantas mendapatkannya, maka ia akan merasakan manis, lezat dan bahagia karenanya. Demikian pula manisnya iman yang dirasa oleh seorang mukmin; kelezatan dan kebahagiaan yang ia dapatkan dalam keimanannya sebanding dengan cinta yang ada dalam dirinya. Dan hal itu akan ia dapatkan dengan melakukan tiga hal yang disebutkan oleh hadits di atas.[2]

Yang berhak dicinta di atas cinta
Cinta, sebuah kata yang indah didengar, manis diucapkan, nikmat dirasakan. Cinta adalah karunia dan rohmat dari Allah ta’ala yang Dia berikan dan Dia bagikan kepada manusia.
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menjadikan cinta sebagai jalan menuju apa yang dicintai-Nya, dan telah menjadikan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya sebagai dalil atas kebenaran dan kejujuran cinta. Dia-lah yang telah menggerakkan jiwa dengan cinta menuju kesempunaan. Mahasuci Allah yang telah memalingkan hati kepada yang Dia kehendaki dan untuk apa yang Dia kehendaki dengan kekuasaan-Nya. Dia lah yang menjadikan cinta bercorak dan bercita warna, membagikan cinta kepada para hamba-Nya, memberikan pilihan kepada mereka apa dan siapa yang dicintainya; ada cinta yang mulia dan ada yang hina, ada yang cinta harta, wanita, tahta dan segala yang nista.
Namun ada sebuah cinta yang paling mulia, (yaitu) cinta kepada Sang Pencipta cinta, yang telah menciptakan alam semesta dengan cinta, dan untuk cinta, karena pada hakikatnya cinta yang tertinggi dan termulia dari hamba adalah menghamba kepada-Nya. Dan tiada yang berhak menerima cinta termulia ini melainkan Dzat yang seluruh alam semesta harus tunduk kepada-Nya. Karena tidaklah jin dan manusia diciptakan melainkan untuk menghamba kepada-Nya. Dan seluruh cinta harus tunduk di bawah cinta-Nya dan cinta karena-Nya.
Semakin bertambah cinta seorang mukmin kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya, semakin bertambah pula rasa manis imannya. Karena iman memiliki rasa manis dalam hati, kelezatan iman yang tidak diketahui melainkan oleh Allah ta’ala, itulah cinta di atas cinta[3].
Cinta Hakiki Cinta Yang Terbukti
Cinta butuh kepada bukti untuk bisa diakui kebenaran cintanya. Karena siapapun bisa saja mengaku cinta, namun tidak semua pengakuan cinta itu hakiki dan sejati, dan tidak semua pengakuan cinta itu abadi. Ada tanda-tanda dan bukti cinta yang harus diwujudkan hingga bisa diketahui manakah sebenarnya cinta yang sejati dan mana yang hanya sekedar cinta palsu. Demikian pula apakah cinta itu tulus dan murni ataukah sebenarnya ada keinginan lain dibalik pengakuan cinta, apalagi jika pengakuan cinta itu ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya, atau cinta karena Allah ta’ala dan benci karena-Nya; tentu bukan pengakuan yang sepele dan mudah diucapkan begitu saja, tetapi disinilah ukuran iman akan ditentukan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
”Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori)
Allah ta’ala juga berfirman:
”Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri” (QS. Al-Ahzab: 6).
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam radliyallahu’anhu bahwa ia berkata: Kami bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika itu beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggandeng Umar bin al Khattab radliyallahu’anhu lalu Umar berkata kepada beliau,
”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri”.
Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
”Tidak ![4] Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan Nya, hingga aku menjadi orang yang lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”
Maka ’Umar radliyallahu’anhu pun berkata kepada beliau, ”Sesungguhnya sekarang, Demi Allah, engkau sungguh lebih aku cintai daripada diriku sendiri”.
Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
”Sekaranglah wahai Umar !”[5] yakni, baru sekaranglah imanmu sempurna.
Pedoman Hakikat Cinta
Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia dalam ber ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ
”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Penyanyang” (QS. Ali-’Imron: 31)
Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada Allah ta’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintai-Nya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan dibalas cintanya oleh yang dicintainya.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa ittiba’ kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah bukti dan realisasi pengakuan cinta seseorang kepada Rasulullah yang harus didahulukan dan diletakkan di atas cinta kepada yang lainnya. Dan inilah hakikat cinta kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang sebenarnya. Barangsiapa yang menyelisihi, menyimpang dan meninggalkan ittiba’, apalagi mengolok-olok, meremehkan, menghina dan menghujat sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah ta’ala, sekaligus menafikan kesempurnaan atau bahkan seluruh imannya.
Hanya kepada-Nya lah seharusnya kita memberikan cinta di atas cinta.
Walillahil mahabbah.

http://maramissetiawan.files.wordpress.com/
Posted under LoVe.....
(Add Comments)
Dec
15
PUISI cINta
Posted by lovefull
Cinta…

Hanya suatu rasa…

Namun dipuja…

Tanpa cinta…

Hidup hampa…

Banyak cinta…

Hidup bahagia…

Semakin maju peradaban manusia…

semakin banyak cinta palsu…

Banyak yang berlindung pada cinta…

hanya untuk dapatkan yang dia ingin…

Masih adakah kemurnian cinta di dunia?

Mungkin cinta sejati hanya legenda…

Tapi masih ada sebuah cinta sejati yang tersisa…

Cinta itu adalah cinta orangtua pada anaknya…


http://www.munajatcinta.com/
Posted under LoVe.....
(Add Comments)
Dec
15
cIntA AdLah AngRah YaNk NyaTa
Posted by lovefull
Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Para pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit. Antara lain mereka membedakan:
1. Cinta terhadap keluarga
2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia
3. Cinta yang romantis atau juga disebut asmara
4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu atau cinta eros
5. Cinta sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
7. Cinta akan sebuah konsep tertentu
8. Cinta akan negaranya atau patriotisme
9. Cinta akan bangsa atau nasionalisme
Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
1. Pengenalan
2. Tanggung jawab
3. Perhatian
4. Saling menghormati
Jenis-jenis cinta
Seperti banyak jenis kekasih, ada banyak jenis cinta. Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan. Lihat hipotesis Sapir-Whorf.
Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada ‘jiwa’ atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dll. Cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan.
Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga agar dapat dipertahankan keindahannya
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta


I think I’m in Love
April 11, 2009 by sangbintang

Ini adalah sebuah tulisan tentang perasaan cinta. Tulisan yang terinspirasi karena beberapa bulan yang lalu aku mendapatkan sebuah, surat cinta. Hah? Surat cinta. Iya. Surat cinta yang sampai saat ini tidak pernah aku tau dari siapa dan mengapa surat itu masuk dengan “manis” dalam inbox e-mail ComLabsku .
“Assalammu’alaykum wahai bidadari yang kucintai,
Hanya aku dan Alloh SWT yang mengetahui perasaan apa yang selama ini kupendam kepadamu, tapi kini ku sadar, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kutahan terlalu lama, kuberanikan malam ini tuk menulis sebuah surat kepadamu. Dik Arin, selama ini aku diam-diam mamperhatikanmu, aku berusaha berada di dekatmu, aku berupaya mendapat perhatianmu. Tapi apa dayaku, Alloh belum mengizinkanku selalu berada didekatmu. Dia tak membolehkanku tuk terima langsung senyummu, dan ku tak pernah dengar canda tawamu. Bla bla bla…”

E-mail yang nampak sangat “manis” bukan?.tapi, apa benar itu adalah cara yang tepat mengungkapkan perasaan cinta meski cinta adalah sebuah fitrah yang halal bagi manusia. Saya jadi berfikir, banyak sekali cara seseorang yang untuk bisa mengungkapkan perasaan mereka saat jatuh cinta, bahkan dengan membuat hal hal yang tidak terduga. Kadang malah hal itu menjerumuskan kita dalam sebuah prasangka juga derita. Lanjutan dari E-mail itu menegaskan bahwa dia mencintai karena 4w1, karena ingin ” menjaga “ ku tetap berada di jalanNya yang lurus. Lantas hatiku tergelitik , mencintai karena 4w1? Seberapa paham dia, atau aku memahami cinta karena 4w1? Hingga akhirnya mengatasnamakan “semboyan itu” sebagai jargon di E-mailnya?. Toh kalaupun aku tidak paham, maka apa yang dia sampaikan sebagai “mencintai karena 4w1” tetap tidak bisa tersampaikan bukan?.
Dalam sebuah E-mail, sahabatku pernah mengutip sebuah buku tentang cinta,
“Cinta karena Allah adalah cinta yang menyalurkan energi positif, energi yang dirasakan juga oleh orang-orang di sekitarnya,oleh alam sekitarnya. Cinta karena Allah adalah cinta yang terjaga dari hal-hal syubhat (apalagi haram) baik dalam mendapatkannya ataupun mengarunginya. Cinta yang memerdekakan jiwa,siap menerima perbedaan,siap untuk kehilangan, siap patah hati tanpa harus pura-pura. Tapi sebenarnya, ketika kita mencintai seseorang karena Allah, kita justru akan siap berbagi,siap mencintai pula apa-apa yang dicintai ‘kekasihnya’, mencintai kebaikan dan membuatnya menjadi baik pula.
Orang-orang yang saling mencintai karena Allah - sebagai saudara,sahabat,pasangan hidup- tidak pernah merasa patah hati berarut-larut. Sebab, dia tidak memaksakan kehendak dan keinginannya. Dia pandai menyimpan perasaannya, namun tidak pula berdusta. Kebesaran jiwanya tak terbatas…
Setiap kegagalan untuk mencintai dan dicintai, bukanlah alasan bainya utnuk berbalik menjadi benci.
Justru, itu semua menjadikannya semakin kuat dan tegar untuk kemudian semakin dekat dengan sang pemilik hatinya dan hati orang yang dicintainya itu: Sang Mahalembut, Maharomantis, Allah azza wa jalla.
Cinta karena Allah akan menambah banyak teman, saudara, sebab cinta yang seperti itu akan terus bersinergi, terus membelah, memberikan berkahnya. Cinta karena Allah adalah cinta yang ditempuh dengan ikhtiar yang bersih, bukan dengan menipu bahkan ‘merampok’, bukan dengan dengan cara-cara liar.
Orang-orang yang mencintai karena Allah akan ‘memetik bunga’ dari tangkainya dengan izin pemiliknya, bukan merebut atau mencurinya! Sebab, cinta karena Allah suci, maka hanya dengan cara yang suci pula cinta itu dapat memberikan ketentraman jiwa dan terhindar dari gejilak syahwat semata. Cinta itu…akan menjadikan orang-orang yang merasakan-Nya justru semakin menjaga dirinya dan diri orang-orang yang dicintainya. Tidak melakukan hal-hal yang membuat harga dirinya dan orang tercintanya hancur.
Cinta karena Allah adalah cinta yang memiliki keberanian luar biasa, yang bersumber pada penjagaan fitrah, penjagaan jiwa. Cinta itu memberi energi untuk berjuang, mencapai spiritualitas cinta yang bersumber pada kecintaan pada zat yang menciptakan makhluk hanif yang membuatnya…semakin mencintai penciptanya.
Hanya orang-orang yang teguh dan meneguhkan, hanif dan menghanifkan, cerdas dan mencerdaskan, dan orang-orang yang tetap istiqamah di dalam bingkai tuntunan-Nya, yang mengadukan semua rintihnya, azzam akan cintanya kepada sang Pemilik Rasa Agung yang dirasakannya. Hanya orang-orang seperti itulah, yang selalu dapat mengambil dan merasakan makna, hakikat dan kebesaran cinta karena Allah.”
(Kenapa harus Pacaran,hlm.246.Robi’ah Al Adawiyah).

Ternyata tidak mudah bukan?.Apa yang tertulis disana bisa jadi opini yang benar, bisa belum tepat, bisa jadi kurang atau bisa saja lebih dari cukup, tergantung bagaimana keluasan ilmu seseorang dalam menyikapinya. Sampai sekarangpun aku belum bisa memahaminya dengan baik. Terlebih melaksanakannya dengan baik pula. Jadi menurutku, mulai sekarang berhatihatilah membuat sebuah argumen “ aku mencintaimu karena 4w1”. Karena hal itu bukanlah hal mudah yang bisa dipelajari begitu saja. Bisa didapatkan tanpa bersusahpayah. Bisa didapatkan tanpa ketulusan mengarap ridhaNYA dengan cara cara yang baik.
Cinta yang tulus itu bukanlah yang dituai dalam perasaan “hampa“ akan kasihNYA. Dia tidak akan memberikan CintaNYA dalam hal yang memang tidak menghadirkan ridha karena melanggar apa yang telah ditetapkanNYA. Se-“membahagiakan” apapun hal itu. Tetap saja, Hampa.
Wallohualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar