Minggu, 08 Mei 2011

Kumpulan Puisi

Ketulusan Hati

Cintaku tak berdusta
Tak mengenal ingkar
Tak kenal nestapa
Cintaku hanya indah

Mencintaimu tak mengenal waktu
Tak mengenal puitis hanya tulusnya hati
Mencintaimu tak mengenal ragu
keyakinan hatiku hanya untuk dirimu selalu

Cintaku tak berdusta
Tak mengenal ingkar
Tak kenal nestapa
Tak ada seribu janji

Hanya bahagia untuk selamanya
Apa yang kurasakan ini
Persembahan untuk dirimu
Kau dengarkan kasihku

Curahan Rasa

Tika begini
Aku juga mengerti
Perasaanku terganggu
Malam penuh dengan bintang

Indah khabar rupamu
Menawan setiap waktu
Apa lagi yang dinantikan
Bukan bertepuk sebelah tangan

Cintaku tidak
Aku pastikan sampai tujuan
Berarak mendung bintang
Berlagu sepi semalam

Aku hanya seorang insan
Tak mampu keajaiban
Jika perlu engkau tinggalkan
Demi relakan kemanusiaan

Sejernih kasih
Selembut sinar mutiara
Belaian kau yang lembut
Tak dapat aku melupakan

Sentuhan kasih
Irama merdu dalam dekapan
Suara yang membisik
Bagai gelora menghempas pantai...


Bukan Rayuan Gombal

Duhai kekasih pujaan yang selalu di hati
Aku menunggumu
Engkau gadis yang selalu hadir dalam mimpiku
Di setiap tidurku

Dengarkanlah aku cinta
Ingin aku
Selalu menjaga dirimu
Menemani di setiap waktu

Dengarlah sayangku
Tiada yang lain saat ini
Engkaulah yang ada di hati

Duhai kekasihku hanyalah dirimu yang kumau
Tiada yang lain di hati
Selamanya hanya dirimu

Dengarlah puisi yang akan aku berikan
Ungkapan hatiku
Tiada yang lain yang bisa keberikan
Hanyalah cintaku

Aku ingin menemani harimu
Yang mencoba mengisi rasa kesepian di hatimu
Sampai nanti hanya selalu namamu
Selalu namamu yang ada di lubuk hatiku

Tiada Kata Secantik Bahasa

Tiada kata secantik bahasa
Untukku puji adinda
Tiada gambar secantik lukisan
Nak ku tunjukkan perasaan

Oh dinda puspa gemala
Mengharum jiwa
Dinda puspa gemala
Mustika kanda

Walau musim berubah
Suasana bertukar
Tapi ikatan mesra
Sikit pun takkan longgar

Percakapan Tanpa Kata

Di lindap malam
kita tak nyalakan lilin
hanya kilap bulan separuh lingkaran
dibingkai kaca jendela
dan siluet reranting

Kita berhadapan tanpa sapa
hanya tatapan tajam bersinar
saling menembus keheningan
segala kata menjelma
debar di dada
memandangi semesta

Sayangku... 
bintang-bintang bagai intan bertaburan
menciptakan lirik-lirik puisi
komposisi indah untuk kukalungkan
di hatimu

Setiap pertemuan adalah cakrawala
tempatku munajatkan cinta
di antara cahaya matamu
yang indah sehening doa

Dan...
percakapan tak selalu tercipta
dari kata...

Ranting Waktu

Sebatang pohon yang kita tanam di pelataran
telah tumbuh rindang dengan ranting waktu bercabang-cabang
rimbun daunnya adalah lembaran-lembaran tempat kita mencatat
segala peristiwa tertulis hitam putih kehidupan.

Setiap hari satu daun tanggal meninggalkan kenangan
warnanya kuning kecoklatan seperti usia yang sarat dengan catatan
satu harapan mungkin terwujudkan atau tinggal menjadi angin
yang tertahan di dahan. Atau menunggu hujan.

Atau ada yang tak tereja, seperti cinta yang diam-diam
mengakar di pohon itu, yang telah menjelma bunga dan warna-warni
menjelma keteduhan, mengubah hujan menjadi tetes-tetes embun
sementara kita terus memberi makna pada pohon usia yang beranjak tua.

 

Namamu Adalah Bahasaku

Setiap menulis puisi
aku seolah baru sekolah bahasa
kueja kata kugali makna kurangkai percakapan

fahamkah ia ucapanku?

Aku tak bisa
merangkai kata mutiara
yang bisa kujadikan anting tiara
agar bisikanku berkilau di kupingnya
 
Tapi nyatanya ia suka

katanya: terimakasih sayangku
telah kautuliskan namaku
pada setiap huruf di puisimu

Ah...
jadi ketahuan deh

kalau selama ini
namanya yang kujadikan kamus
dan gaya bahasaku...

Sebaris Hujan Sebait Cinta

Pada sebaris hujan, kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka
tanpa layung senja. Terpa angin meninggalkan
jejak dingin di dada.
Engkau menggigil di jantungku.

Jutaan tetes air beterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bungabunga
tumpah dari jambangan. Mengisi hatimu yang bimbang
mengubah rintihmu jadi tembang. Rintik merdu.

Sebulir hujan menggantung di ujung payung
seukir kilau, sesafir cahaya
yang tersimpan. Sebutir doakah?
Kumasuki kelambu hujan
Airmatamu menggenggam rindu.

Waktu mendesak. Serasa singkat.
Rembang pun lewat, saat benderang lampulampu
… dan hujan berpamitan  di ambang senja
perlahan menutup payung kita
dengan kecupan.

 

Kesesalan

Dan kini aku semakin terpuruk
terporosok di jurang yg dalam
tak ada yg membantu atau menyongsongku
untuk keluar menghirup udara malam
oh tuhan mengapa menjadi seperti ini ?
bukan ini yg kuinginkan
kekecewaan, kekesalan, kecemburuan
rasa iri, dengki, amarah, nafsu dan kebingungan
melainkan suatu sisi yg indah
saat ku bisa membagi diriku dlm dua fase yg berbeda
jika aku telah salah langkah
mohon kau ingatkan aku
jangan kau biarkan aku semakin terpuruk sepi
karna sesungguhnya aku tak tahu ap yg harus kulakukan
hanya melihat, tanpa merasa .
terdengar gemuruh tawa, tanpa meraba
membuatku kosong dlm hampa
itu karma untuk diriku yang tega.
dan kini hanya menanti fajar menyingsing,.
berharap ini hanyalah sebuah mimpi dlm benakku..


Jeritan Anak Jalanan
Di kolong-kolong jembatan aku...
Bersenandung mengharap belas kasihmu...
Pandanganku yang kian hampa...
Sesuap nasi pun tak kunjung tiba..

Melihat mu aku tak peduli...
Bukan wakil rakyat tikus berdasi...

Aku memang mlarat...
Bukan seperti tikus keparat...
Yang doyan uang rakyat...
Haus harta bak lintah darat...

Masih terdengar jeritan dan tangisan...
Dari anak kolong jembatan...
Kau butakan matamu....
Kau tulikan telingamu...

Takut kehilangan harta itu sifatmu...
Takut kehilangan kehormatan pun sifatmu...
Kau lebih rela korbankan rakyat...
Hanya demi se onggok martabat...

Kau picik...
Kau pun licik...

Di kolong jembatan aku...
Di jalanan kukais keberuntunganku...

Kau tak datang aku bangga...
Tak mengenal mu pun aku lega...


Hujan Telah Turun

oleh Zyr Mapper pada 25 Januari 2010 jam 14:03
hujan telah turun
namun tak mampu padamkan
kobaran api di hati
berkoar-koar semakin besar
Hujan telah turun
Namun tak kuasa basahi jiwa yang kering
Semakin kering,
Tambah gersang
hujan telah turun
namun tak bisa tenangkan
pikiran,
berkelabat tak menentu
semraut semakin kusut
hujan telah turun
namun rintiknya tak
sentuh bumi
Kapan hujan turun?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar